Balada Kematian dalam The Ballad of Buster Scruggs (2018)

Film terbaru karya Joel Coen dan Ethan Coen ini berpusar pada kematian. Kematian yang datang tanpa kenal waktu dan tidak pilih-pilih orang. Ada 6 segmen film pendek yang memiliki satu benang merah. Secara cerita, keenamnya tidak bersinggungan sama sekali. Tapi saya sendiri melihat antologi zaman koboi ini sebagai satu kesatuan metafora tentang perjalanan hidup seorang manusia pada tiap kelompok usia. Ada nyanyian sebagai lambang optimisme dan kebahagiaan, serta kematian perlambang kegagalan. Atau mungkin saya yang terlalu jauh membayangkannya, ya?

1. The Ballad of Buster Scruggs divisualisasikan seperti kartun-kartun koboi lama seperti Lucky Luke, Bugs Bunny, dan semacamnya. Sang protagonis, Buster Scruggs, digambarkan sangat ceria dan suka menyanyi, sekaligus koboi jitu yang mampu menembak melalui pantulan cermin. Banyak adegan komikal di sini. Ada adegan arwah keluar dari badan (melayang, bersayap, dan bermain harpa) persis adegan-adegan dalam film kartun minggu pagi yang pernah kita tonton. Ini adalah masa bermain, masa kanak-kanak dalam hidup manusia.

2. Near Algodones bercerita tentang seorang koboi muda berupaya merampok bank di tengah gurun. Bank itu sepi, rapuh, hanya dijaga seorang tua banyak omong yang tidak bisa apa-apa. Tapi aksi sang koboi yang tanpa perhitungan berakibat fatal dan menyeretnya ke dalam situasi buruk ke situasi lebih buruk lainnya. Ini adalah gambaran masa remaja dengan darah mudanya yang meledak-ledak.

3. Meal Ticket bisa disebut menggambarkan masa dewasa awal, saat hidup adalah mencari uang atau penghasilan untuk bertahan hidup. Ketika sumber penghasilan sudah tidak bisa diandalkan, mau tidak mau …

4. All Gold Canyon menceritakan masa ketika kita sudah lama bekerja, mencari uang, dan akhirnya menemukan “emas” dalam hidup kita. Usaha keras itu tak akan menghianati, kata seseorang. Ini adalah masa dewasa yang matang.

5. The Gal Who Got Rattled menyadarkan kita, apa benar yang kita butuhkan hanya uang atau harta? Ada kebutuhan lain yang tak kalah pentingnya, yaitu teman hidup. Kemapanan tapi tak mampu berbagi kebahagiaan apalah artinya. Ya, inilah masa membangun kehidupan berkeluarga.

6. The Mortal Remains adalah cermin. Saat tua kadang menjadi saat yang tepat untuk berkontemplasi tentang segala yang pernah kita alami dalam hidup. Kita tidak bisa menyuruh sang waktu untuk berhenti. Sisa hidup akan dihabiskan dengan menikmati kebahagiaan atau merenungi masa lalu sampai ajal menjemput. Atau jangan-jangan sesungguhnya kita sudah bersama sang maut?

Setiap penonton tentu punya interpretasi sendiri tentang sebuah film. Antologi ini juga bisa sebagai homage dari film-film koboi masa lalu seperti karya John Ford atau Sergio Leone, tentu dengan ciri khas Coen bersaudara: karakter-karakter eksentrik dengan dialog witty dan dalam, kondisi yang awalnya normal menjadi kacau dalam sekejab, serta keasyikan mereka dalam bermain-main dengan komedi dan kematian. Secara visual film ini sangat indah. Pengambilan gambar banyak menampilkan lanskap wild west membuat hampir semua adegan di film ini wallpaperable. Deretan pemeran pun sangat apik terutama Zoe Kazan, Tom Waits, dan Tim Blake Nelson. Ada pula James Franco dan Liam Neeson (yang kalem dan anti-Taken).

Dari enam segmen tersebut saya sangat suka episode The Gal dan Buster. Seandainya dibuat versi panjangnya pun keduanya akan sangat asyik diapresiasi. The Ballad of Buster Scruggs menjadi salah satu film favorit saya tahun ini.

Diterbitkan oleh

sinemalogi

gemar sinema untuk masa depan kita

Tinggalkan komentar