Nunggu Teka: Sunyi yang Raya

Gema takbir malam lebaran adalah sorak semarai pesta kemenangan bagi umat muslim setelah perang besar selama Ramadan. Momen ini lazimnya diikuti dengan kebahagiaan dan kebersamaan anggota keluarga esok paginya. Tapi rupanya tidak semua mengalami hal itu. Dalam film Nunggu Teka (2016) karya Mahesa Desaga, sosok Ibu (diperankan oleh Supatemi) menunggu kepulangan anaknya dengan sabar dalam kesunyian rumah yang terasa begitu besar bagi dirinya sendiri.

Lanjutkan membaca Nunggu Teka: Sunyi yang Raya

Kuncup Layak Gugur

Seorang bule ingin melamar putri orang Betawi. Sang babe mengajukan syarat kalau si bule harus sunat terlebih dahulu. Sebuah premis yang sangat berpotensi bila diolah secara tepat. Tapi sayang film pendek Kuncup (2017) karya Myrdal Muda justru mengambil jalur yang aneh.

Lanjutkan membaca Kuncup Layak Gugur

Semalam Anak Kita Pulang: Salah Siapa?

Menunggu kehadiran seseorang, bahkan untuk sekadar kabar, adalah pekerjaan yang berat. Coba tanyakan hal itu kepada istri Wiji Thukul dan anak-anaknya. Tentu bukan mereka saja yang merasakan siksaan beratnya menunggu yang tak pasti. Ribuan keluarga TKI pun mengerti pedihnya menanti berita dari luar negeri. Yang tertinggal hanya kepingan-kepingan memori. Film Semalam Anak Kita Pulang (2015) karya Adi Marsono menyorot salah satu keluarga itu. Sepasang suami istri berusia lanjut ditinggal pergi anak gadisnya karena tuntutan ekonomi. Rumah reyot mereka terasa makin sepi. Satu potret kemiskinan negeri ini.

Lanjutkan membaca Semalam Anak Kita Pulang: Salah Siapa?

Sebelum Pagi Terulang Kembali yang Pasif

We will have to repent in this generation, not only for the evil words and deeds of the bad people, but for the appalling silence of the good people.

Kata-kata Martin Luther King Jr. di atas masih relevan di kondisi sekarang. Kezaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi karena diamnya orang baik. Yan (Alex Komang), seorang anggota dewan yang bersih dan jujur, memilih mengundurkan diri dari jabatan setelah anaknya terlibat proyek pemerintah. Awalnya Yan memang pejuang, selalu berusaha lurus meski dimusuhi kolega. Tapi ternyata dia tidak sekuat pahlawan super dan memilih pamit dari arena yang sangat basah itu. Istrinya, Ratna (Nungki Kusumastuti), adalah dosen filsafat di kampus Depok. Ia begitu percaya diri dan menguasai bidangnya di hadapan para mahasiswa. Tapi di rumah ternyata ia tidak sekuat itu.

Lanjutkan membaca Sebelum Pagi Terulang Kembali yang Pasif

Ca Bau Kan dan Warna-Warni Kesengsaraan Perempuan Indonesia

Film Ca Bau Kan yang disutradarai oleh Nia Dinata tahun 2002 merupakan adaptasi novel Ca Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa karya Remy Sylado. Kisahnya seputar budaya Tionghoa di Indonesia, terutama Jakarta, pada masa tahun 1930-an sampai 1960-an. Judulnya diambil dari bahasa Hokkian yang berarti perempuan. Namun di masa itu, Ca Bau Kan lebih sebagai panggilan bagi perempuan pekerja seks, penghibur, yang banyak bekerja di kali-kali.

Lanjutkan membaca Ca Bau Kan dan Warna-Warni Kesengsaraan Perempuan Indonesia